UNAIDS menyatakan jika tidak ada
terobosan baru maka diperkirakan akan ada 76.000 infeksi HIV baru di
Indonesia setiap tahunnya.
Penyebaran HIV/AIDS dan Infeksi Menular Seksual (IMS) lainnya di
Indonesia akan semakin tidak terkendali karena semakin berkurangnya
kesadaran laki-laki untuk menggunakan kondom. Kekhawatiran ini semakin
diperkuat dengan fakta yang diungkap Menteri Kesehatan (Menkes) Nafsiah
Mboi, ada enam sampai delapan juta pria di Indonesia yang rutin membeli
seks dari pekerja seks komersial.
Perkiraan lonjakan jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia juga
diprediksi The Joint United Nations Programme on HIV and AIDS (UNAIDS).
UNAIDS mencatat pada 2007 lalu total pengidap HIV/AIDS diprediksi sudah
mencapai sekitar 270.000 orang. Angka ini melonjak tajam pada 2011, yang
diprediksi UNAIDS sudah mencapai 500.000. Mereka menyatakan jika tidak
ada terobosan baru maka diperkirakan akan ada 76.000 infeksi HIV baru di
Indonesia setiap tahunnya.
"Sayangnya prediksi itu betul sekali, kalau semua pria yang pergi ke
pelacuran tidak mau pakai kondom akan ada banyak sekali infeksi per
tahun," kata Nafsiah, dalam jumpa pers jelang perayaan hari AIDS
se-dunia 1 Desember, di kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta, Jumat kemarin.
Nafsiah memaparkan dalam empat tahun terakhir ini jumlah penggunaan
kondom menunjukkan penurunan. Pada pria berisiko tinggi, yaitu pria
heteroseksual yang sering melakukan hubungan seks tidak aman dan
mengunjungi lokalisasi, hanya tiga persen yang mengaku menggunakan
kondom secara teratur setiap berhubungan.
"Data menunjukkan sampai dengan September 2012 hanya 12 persen infeksi
HIV baru yang disebabkan pemakaian jarum suntik, 81,2 persen di
antaranya disebabkan hubungan seks heteroseksual yang tidak aman,
bayangkan betapa berbahayanya bagi Indonesia," ungkap Menkes.
Ditambahkan Menkes, akibat prilaku seksual tidak aman yang dilakukan
kaum lelaki itu semakin banyak ibu rumah tangga yang tertular HIV dari
suaminya. Ibu-ibu yang tertular HIV ini, lanjut dia, juga berpotensi
menurunkan penyakit tersebut kepada anaknya. Faktanya, sampai dengan
bulan September lalu, Kemenkes sudah menerima 1.103 kasus AIDS pada
wanita dan 150 kasus AIDS pada anak pada tahun ini saja.
Menkes mengungkapkan beberapa negara seperti Thailand, India, dan
Kamboja, sukses menekan infeksi baru HIV/AIDS karena keterbukaan dalam
kampanye penggunaan kondom bagi kelompok berisiko tinggi. Sayangnya,
lanjut dia, pola seperti itu masih banyak mendapat kecaman bila
diterapkan di Indonesia. "Kenapa mereka berhasil? karena pemerintahnya
mewajibkan penggunaan kondom, di sini bicara kondom saja dimarahin,"
sesal dia.
Menurut Nafsiah, saat ini Indonesia telah menghabiskan US$65 juta per
tahun untuk pengobatan pasien HIV/AIDS, namun para ahli memerkirakan di
tahun 2020 Indonesia akan menghabiskan US$220 juta untuk pengobatan
HIV/AIDS. Dengan kondisi sekarang, lanjut dia, sangat tidak mungkin
Indonesia bisa mencapai target Millennium Development Goal di bidang
penurunan infeksi baru HIV. "Mimpi saja bisa mencapai terget MDG enam,
tidak akan mungkin, penggunaan kondom menurun, sementara jumlah orang ke
pelacuran meningkat," tukas dia.
Mengacu kondisi tersebut, wajar saja Menkes terkesan kesal menanggapi
kontroversi sosialisasi penggunaan kondom untuk mencegah penyebaran
HIV/AIDS, terutama di kalangan pemuka agama. Dia malah balik menyindir
sebaiknya para pemuka agama lebih fokus dalam memperkuat iman para
lelaki ketimbang melarang penggunaan kondom.
"Tugas agama adalah mencegah supaya orang tidak melakukan perilaku
berisiko dan kuat imannya, tetapi kalau orang tersebut tidak mematuhi
agamanya maka tugas kita di hilir adalah untuk mencegah bagaimana dia
tidak kena penyakit," tandasnya. (beritasatu.com)
Awas..!!! Waspadai HIV/AIDS, 6 Sampai 8 Juta Lelaki Indonesia Rutin ke Pelacuran
Written By Unknown on Minggu, 02 Desember 2012 | 01.29
Label:
Berita
Posting Komentar